Latest News

Satria Bukan Baja Hitam

Pada suatu hari di sebuah sekolah menegah atas (SMA), ada seorang anak laki-laki bertubuh tidak terlalu tinggi, berambut hitam, dan berkulit sawo matang. Namanya Satria, dia tinggal di sebuah perumahan elite di Jakarta. Dia tinggal di rumah yang sangat besar. Meskipun begitu dia tidak tinggal bersama kedua orang tuanya dari kecil, karena orang tuanya bekerja di luar kota. Dia tinggal bersama kakek dan neneknya yang merawatnya dari kecil hingga tumbuh dewasa. Setiap hari dia menggunakan motor untuk pergi ke sekolah. Jarak dari rumah dengan sekolahnya cukup jauh, dia membutuhkan waktu -/+ 30 menit untuk sampai ke sekolahnya.

Prestasinya di sekolah tidak terlalu bagus. Dia jarang mendapatkan nilai yang bagus. Setiap hari kerjaannya di sekolah hanya bermalas-malasan dan juga sering membuat kegaduhan.

Pada suatu pagi Satria bangun kesiangan, lalu neneknya memanggilnya.

“Hei Satria…cepat bangun, ini sudah siang!” Sahut nenek.

“Iya nek..aku sudah bangun.”

Kemudian Satria dengan cepat segera mandi dan pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.

Sesampainya di sekolah Satria melihat satpam ingin mengunci pagar, Satria dengan segera menghampiri satpam dan bernegosiasi supaya dia tetap bisa masuk sekolah.

“Pak pintunya jangan dikunci dulu.”

“Tidak, saya akan mengunci pintunya. Kamu tidak boleh masuk karena kamu sudah terlambat.” Sahut si satpam.

“Tolong pak sekali ini saja, kan saya baru kali ini telat.” Ujar Satria.

Setelah lima menit bernegosiasi dengan si satpam akhirnya Satria di perbolehkan masuk.

Dia segera masuk ke kelas, tetapi guru matematika sudah mengajar. Lalu dengan langkah kecil secara diam-diam dia masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya tanpa sepengetahuan gurunya, sebab gurunya sedang menulis di papan tulis.

Di dalam kelas teman sebangkunya Agung menanyainya sesuatu.

“Satria lw koq bisa telat sih, padahal lw kan biasanya datangnya pagi. Apa semalam lw ikut Ronda??”

“Nggak tau nih Gung kenapa gw bisa kesiangan, mungkin gara-gara gw tidurnya kemalaman sebab gw asik nonton sepak bola.”

“Eh mamen inget dong sekarang kita sudah kelas 3 dan sebentar lagi mau ujian, jadi kurangin waktu nonton sepak bola.”

“Iya deh cuy.”

Beberapa waktu kemudian bel istirahat berbunyi.



Satria kita main basket yuk.” Ajak si Agung.

“Oke tunggu sebentar.”

Saat di luar kelas ada seorang siswi yang berwajah cantik dan berkulit putih, dia sedang ngobrol dengan teman-temannya. Nama siswi itu adalah Luna. Dia bersama-sama dengan teman-temannya sedang duduk-duduk di dekat lapangan basket. Lalu tiba-tiba bola lemparan teman Satria mengenai wajah Luna. Degan segera Satria menghampiri Luna.

“Hei…kamu nggak apa-apakan?”Tanya Satria.

“Ooo..aduh sakit banget nih.”

“Kamu aku bawa ke UKS ya, biar diobatin dulu.”Satria segera membawa Luna ke UKS.

“Hei..nama kamu siapa?”Tanya Satria.

“Namaku Luna, kamu sendiri siapa?”

“Kenalin nama aku Satria, aku anak kelas 3 IPA 1.”

“Klo aku kelas 3 IPS 1.”

“Ngomong-ngomong rumah kamu di mana?”Tanya Satria.

“Deket sama sekolah koq, jalan kaki juga sampai.”Jawab Luna. “Oiya, trima kasih yach kamu dah tolongin aku.”

“Oo..ga usah sungkan-sungkan, nanti pulang sekolah aku antar kamu pulang yach, kepala kamu masih pusing kan?”

“Iya deh, nanti pulang sekolah aku tunggu di depan.”

Setelah beberapa lama berkenalan mereka masuk ke kelas kembali. Satria dengan perasaan yang amat senang sangat bersemangat dalam pelajaran. Kemudian bel pulang pun berbunyi.

Di depan sekolah Luna sudah menunggu Satria, kemudian Satria menghampirinya dengan membawa motornya.

“Hai Luna, bagaimana kepalamu apa masih pusing?”

“Iya sudah agak mendingan.”

Kemudian Satria mengantarkan Luna pulang ke rumahnya.

Pada malam harinya Satria merasa kangen terhadap Luna, kemudia Satria menelepon Luna. Dia menelepon Luna hingga berjam-jam. Setelah capek ngobrol Satria kemudian segera tidur.

Keesokan harinya Satria berangkat dari rumah pagi-pagi untuk menjemput Luna. Luna merasa senang karena diperhatikan oleh Satria.

Di sekolah mereka berdua saling bercanda, seakan-akan dunia miliknya berdua.

Saat pulang sekolah mereka berdua pergi untuk berjalan-jalan ke tempat-tempat yang dapat membuat mereka senang. Mereka pergi ke taman dan membuat karya lukisan. Kebetulan Luna sangat pintar melukis, Luna melukis wajah Satria dengan perasaan senang.

Setiap hari mereka berdua saling menyemangati kalau ada satu permasalahan. Mereka selalu ngobrol dari pagi hingga malam kalu sedang bertemu.

Pada suatu ketika Luna diajak teman-temannya jalan-jalan ke Mal. Mereka berbelanja barang-barang yang sangat digemari para kaum perempuan. Setelah beberapa jam di Mal mereka pulang dengan membawa barang belanjaannya yang sangat banyak.

Saat sedang di jalan tiba-tiba Luna cs. dihadang beberapa anak muda yang ingin mengganggu mereka. Anak muda itu mengampiri Luna dan teman-temannya.

“Halo ce boleh kenalan nggak?”sambil mencolek-colek tangan Luna.

Luna hanya diam saja tidak menanggapinya.

“Hei sombong banget sih, gw ajak ngobrol lw malah diam saja.”

Para anak muda itu terus menggangu Luna dan teman-temannya. Luna cs. merasa ketakutan, tiba-tiba Satria lewat dengan membawa motornya dan melihat Luna sedang diganggu oleh sekelompok anak muda. Dengan geramnya Satria menghampiri pemuda yang sedang mengganggu Luna itu lalu memukulnya dengan sekuat tenaga.

“Woi..siapa lw?? brani-braninya lw mukul gw, lw nggak tau siapa gw ini? Memang lw siapa?”Bentak si pemuda.

“Gw pacarnya ce ini!!” ujar Satria dengan nada tinggi.

Kemudian mereka saling berkelahi, setelah beberapa lama kemudian Luna dan teman-temannya melerai Satria dan para pemuda itu, lalu para pemuda itu segera pergi dengan membawa motornya.

Satria mengalami luka-luka ringan karena berkelahi dengan para pemuda itu, kemudian Luna membawa Satria pulang ke rumahnya.

“Sini aku obati lukamu.”seru Luna

“Aduh..oia..maaf ya tadi aku bilang kamu itu ce aku, soalnya klo nggak gitu mereka terus saja menggodai kamu.”tutur Satria.

“Oo..nggak apa-apa koq. Aku berterima kasinh banget karena kamu sudah mau menolong aku.”jawab Luna.

Lalu Luna terus mengobati luka-luka yang didapatkan Satria saat tadi berkelahi. Satria merasa senang atas perhatian Luna terhadapnya. Saat itu benih-benih cinta dalam diri Luna dan Satria mulai tumbuh, dan semakin tumbuh sepanjang berjalannya waktu.

Pada suatu malam saat Satria sedang jalan-jalan ke luar rumahnya, Satria dihampiri sekelompok pemuda yang masih seumuran dengan Satria yang berwajah cukup sangar. Para pemuda itu kemudian menawarkan suatu jenis barang berupa serbuk putih yang disimpan dalam kantung plastik kecil.

“Eh bos, gw mau ngomong sebentar sama lw, boleh nggak?!”seru pemuda itu dengan nada tinggi.

“Boleh-boleh saja. Memangnya ada apa ya bang?”jawab Satria.

“Gw mau nawarin ini sama lw.”jawab pemuda itu sambil menyodorkan barang itu.

“Apaan tuh bang?”tanya Satria.

Sebenarnya Satria tahu itu adalah narkoba, tapi dia berpura-pura tidak tahu.

“Ini barang bagus banget, bisa buat lw happy terus. Mau nggak lw?”ujar pemuda itu.

“Nggak ah bang..gw nggak mau.”jawab Satria.

“Ayolah…klo nggak begini saja, nih barang gw kasih ke lw gratis. Ntar klo lw sudah berubah pikiran kasih tau gw ya.”kata pemuda itu sambil memberikan barang itu kepada Satria dan kemudian dia langsung pergi.

Satria segera pulang ke rumahnya dan memikirkan kejadian yang barusan terjadi padanya. Dia berpikir secara dewasa apakah dia perlu obat itu atau tidak. Setelah lama berpikir akhirnya dia merasa lelah dan dia tertidur.

Keesokan harinya saat di sekolah Satria terus memikirkan dampak yang dapat menimpanya jika dia menggunakan obat itu dan jika tidak menggunakan obat itu. Saat istirahat dia terlihat sedang menyendiri di dalam kelas, dan Luna yang melihat Satria yang sedang melamun langsung menghampiri Satria.

“Satria kamu kenapa? koq dari tadi aku lihatin kamu melamun saja.”tanya Luna.

“nggak ada apa-apa koq, mungkin aku Cuma jenuh saja.”Satria menjelaskan.

Satria tidak ingin Luna tahu kalau dia sedang bingung bagaimana nasibnya nantinya. Saat pulang sekolah Satria bertemu lagi dengan para pemuda yang menghampirinya semalam, kemudian Satria menghampiri mereka. Satria sudah merencanakan sesuatu untuk menjebak para pemuda itu.

“Eh lw lagi, ngomong-ngomong lw da pikirin blom tawaran gw.”tanya pemuda itu.

Dengan sedikit berpikir Satria menjawab, “Iya gw mau.”

“Bagus deh klo gitu. Besok siang lw gw tunggu di tempat biasa, ok.”

“Ok bang.”jawab Satria.

Setelah itu Satria langsung pergi ke kantor polisi dan melaporkan para gembong narkoba itu dengan membawa barang bukti.

Keesokan harinya pada siang hari Satria memulai sandiwaranya dengan perasaan cemas. Saat sedang bertransaksi narkoba polisi yang ada di sana langsung menyergap dan menahan para tersangka itu. Satria merasa bangga atas perbuatannya sendiri karena dia telah membongkar sindikat narkoba.

Keesokan pagi saat di sekolah diadakan apel yang memang rutin dilaksanakan setiap hari. Apel saat itu lain dari biasanya karena saat apel itu ada seorang polisi yang akan memberikan penghargaan terhadap Satria yang telah berjasa bagi semua orang. Kemudian Satria langsung disuruh maju ke depan dan diberikan piagam penghargaan dari polisi. Satria merasa sangat senang karena selain telah melakukan perbuatan yang baik dia juga mendapatkan tepuk tangan dari semua siswa dan para guru yang ada di sana, yang paling membuat dia senang adalah dia mendapatkan sanjungan dari Luna. Saat pulang sekolah Satria mengajak Luna pulang bareng dan dia juga mengajak Luna untuk makan malam berduaan dengannya.

Pada saat malam Satria bertemu Luna di sebuah café yang sangat romantis untuk makan malam. Saat sedang mengobrol Satria langsung menembak Luna. Satria sangat menyukai Luna karena Satria selalu diperhatikan Luna.

“Luna di malam yang indah ini dan disaksikan bintang-bintang di langit, aku ingin mengatakan kalau aku suka sama kamu.” Satria berkata dengan nada malu-malu.

Kemudian Satria bertanya,” Luna kamu mau nggak jadi pacar aku?”

Luna tanpa berlama-lama menjawab,”Iya aku mau jadi pacar kamu.”

Sebenarnya Luna juga sangat mencintai Satria yang baik dan pemberani.

Satria sangat gembira atas jawaban Luna, kemudian dia langsung berteriak-teriak.

Luna mengatakan kepada Satria karena Satria itu orangnya baik dan pemberani, Luna menjuluki Satria dengan nama “Satria Bukan Baja Hitam”.

Penulis: Fransiscus Xaverius Gammasto Oktantoro

No comments:

Post a Comment

FOLLOW
Pasang iklan di sini yukk

Punya_FX ^^ Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.